Sejare Kemayoran,Haji Ung ame Haji Nawi, ternyate Tuan Tane Kemayoran ame Jaksel

GemilangNews.Com | Jakarta – Di zaman kolonial Hindia Belanda, gelar haji bukan gelar sembarangan. Orang dengan gelar haji di masa itu adalah orang-orang yang sangat dihormati di masyarakat. Jumlah orang Indonesia yang di masa itu yang bisa pergi naik haji tidak sebanyak di masa-masa sekarang.

“Tidak seorang pun bisa menunaikan ibadah haji, kecuali dia seorang kaya, seorang tuan tanah atau saudagar besar,” tulis Hairus Salim dalam Mengintip Indonesia dari Lerok dan Oetimoe (2021:86). Beberapa nama tuan tanah pribumi di sekitar Batavia di zaman Hindia Belanda adalah orang-orang bergelar haji.

Di antara tuan tanah yang terkenal dari masa lalu adalah Haji Ung dan Haji Nawi.

Para haji yang tuan tanah itu di masa lalu memiliki tanah luas di daerah yang pada masa lalu masih terhitung daerah pinggiran Kota Batavia, yang dalam lidah orang Indonesia disebut sebagai Betawi.

Haji Nawi, di masa lalu adalah tuan tanah Gandaria, Jakarta Selatan. Berdasar nisan makamnya, di Masjid Nurul Huda, Haji Nawi lahir tahun 1877 dan meninggal dunia tahun 1934 di Jakarta.

Haji Nawi diingat orang sebagai tuan tanah kaya raya yang dermawan. Nama Haji Nawi kemudian menjadi nama kawasan, yang dulu menjadi miliknya. Setidaknya, hari ini ada stasiun MRT Haji Nawi di Jakarta Selatan. Di daerah Haji Nawi pula, keluarga besar Koeswoyo yang terkenal band pop Koes Plus pernah tinggal di sana pada 1970-an. Haji Nawi masih keturunan Haji Jahran yang punya banyak tanah di sekitar Jakarta Selatan.

Daerah Kemayoran, juga dulunya daerah pinggiran di zaman kolonial Hindia Belanda. Di zaman VOC, tuan tanah terkenal di Kemayoran adalah Mayor Isaac St Martin, salah seorang pejabat VOC yang berseteru dengan Kapitan Jonker. Pada masa-masa selanjutnya, Haji Ung pernah menjadi tuan tanah yang terkenal di sana.

“Nama asli Jiung sebenarnya adalah Rofiun, atau biasa dipanggil Ung menurut lafal orang Betawi. Sewaktu Rofiun pulang dari naik haji , gelar haji pun ditambahkan di depan namanya, sehingga mulai saat itu dia dipanggil Haji Ung,” tulis Wahyuni dalam Kompor Mleduk Benyamin (2007:3). Banyak yang menyebut Haji Ung tutup usia pada 1954.

Ada yang menyebut usianya sudah lewat seabad ketika tutup usia. Alwi Shahab dalam Robinhood Betawi: Kisah Betawi tempo doeloe (2001:2) menyebut bahwa Haji Ung kira-kira satu angkatan dengan Pitung, legenda bandit rakyat yang ditembak mati polisi Belanda pada 1892. Haji Ung sendiri juga tergolong jago silat seperti Pitung.

Haji Ung konon punya hubungan saudara jauh dengan Si Jago. Di Kemayoran, terdapat bendungan bernama Bendungan Jago. Seperti kebanyakan haji yang tuan tanah, Haji Ung juga tergolong sosok yang dermawan. Jiung sebagai sosok yang dermawan itu dikenang dengan menjadikan namanya sebagai nama jalan dan nama jembatan di Kemayoran.

Selain sebagai jago silat dan tuan tanah, nama Haji Ung kerap dikaitkan dengan salah satu seniman Betawi yang terkenal dalam jagat hiburan Indonesia, Benyamin Suaeb. Sang cucu sempat bertemu Haji Ung. Seperti Haji Ung, Benyamin Suaeb juga menjadi nama jalan di Kemayoran. Pada sebuah jalan terkuat di Jakarta, karena bekas landasan pacu bandar udara Kemayoran(frs)

CopyAMP code

Reader Interactions

Trackbacks

  1. … [Trackback]

    […] There you can find 87851 additional Info to that Topic: gemilangnews.com/2022/04/08/sejare-kemayoranhaji-ung-ame-haji-nawi-ternyate-tuan-tane-kemayoran-ame-jaksel/ […]

  2. … [Trackback]

    […] Read More Info here on that Topic: gemilangnews.com/2022/04/08/sejare-kemayoranhaji-ung-ame-haji-nawi-ternyate-tuan-tane-kemayoran-ame-jaksel/ […]

  3. … [Trackback]

    […] Information on that Topic: gemilangnews.com/2022/04/08/sejare-kemayoranhaji-ung-ame-haji-nawi-ternyate-tuan-tane-kemayoran-ame-jaksel/ […]

  4. … [Trackback]

    […] Info to that Topic: gemilangnews.com/2022/04/08/sejare-kemayoranhaji-ung-ame-haji-nawi-ternyate-tuan-tane-kemayoran-ame-jaksel/ […]

JELAJAHI

error: Content is protected !!