Unindra Terus Melakukan Pembenahan Di Tingkat Dosen

JAKARTA-GemilangNews.com

Untuk meningkatkan kualitas dan mutu lulusannya, Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) terus melakukan pembenahan di tingkat dosen. Dalam waktu 10 tahun ke depan, Unindra berupaya untuk memperbanyak dosen yang bergelar doktor atau S-3, saat ini, Unindra sudah ada 13 profesor setingkat doktor.

Rektor Unindra, Prof. Dr. H. Sumaryoto, mengatakan itupun yang masih aktif tinggal dua, sedangkan yang lain sudah pensiun. Tapi kan profesor bisa diperpanjang hingga 79 tahun, karena itu untuk memperbanyak dosen.bergelar doktor atau S-3, Unindra sudah menyiapkan target untuk 10 tahun ke depan,” kata Sumaryoto, Senin (1/4), saat di ruang kerjanya, di Jakarta.

Dimana setiap tahunnya, Unindra mengirim 40 dosennya, untuk melakukan tugas belajar S-3 ke sejumlah kampus, dengan rata-rata dalam setahun sekitar 40 dosen dari Unindra. Kita kirim ke Universitas Pakuan Bogor atau ke Universitas Borobudur Jakarta untuk tugas belajar S-3.

“Lebih lanjut, kata Sumaryoto mengungkapkan untuk tahun 2019 ini yang akan dikirim adalah dosen-dosen program teknik, dan sedangkan untuk program Informatika, harus kita cari dulu mitra bersama dan ditargetkan dalam satu tahun diberangkatkan 40 orang. Namun berhasil atau tidaknya para dosen tersebut, tergantung dari diri para dosen itu sendiri tergantung mereka-mereka yang di lapangan,” ujarnya.

Kita kan cuma dapat mendorong, karena pada akhirnya tergantung mereka, karena S-3 itu tidak semudah dengan S-1 dan S-2, dimana kendalanya di riset. Untuk saat ini, Unindra sendiri telah berada dalam peringkat atau Akreditasi B. Terkait dengan himbauan dari Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Muhammad Nasir agar perguruan tinggi-perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di Indonesia, untuk terus meningkatkan kualitasnya dari yang berakreditasi B jadi A yang berakreditasi A menjadi akreditasi internasional.

Sumaryoto, menjelaskan siapa yang tidak ingin mendapatkan akreditasi A. “Namun Unindra saat ini, baru berjalan lima belas tahun, jadi relatif masih sangat muda, masih jauh bila harus dibandingkan dengan kampus-kampus lain yang sudah berusia 50-60 tahun. “Artinya, Unindra tahu dirilah, meski demikian, kami Alhamdulilah pada Juli 2018, kami sudah mendapatkan akreditasi B, yang artinya anjuran Menteri sudah sangat bagus, dan masing-masing perguruan tinggi dapat melihat sebagai bentuk mawas diri dan intropeksi diri,” ungkap Sumaryoto.

Karena, untuk mencapai akreditasi itu memang tidak mudah dan banyak persyaratan. Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi agar akreditasi meningkat adalah sekian dosen bergelar profesor yang harus dimiliki kampus. Hal-hal seperti itu, yang tidak bisa disulap. Karena saat ini, dosen terbang itu sudah tidak diperbolehkan. Harus dosen tetap, yang dibuktikan dengan slip gaji. “Jadi kalau tanpa bukti transfer gaji lewat bank, tidak bisa,” katanya.

Untuk meningkatkan akreditasi, kampus diberi waktu selama lima tahun ke depan, namun kalau tiga tahun, kita mau tingkatkan juga boleh, namun yang jadi kendala itu adalah jumlah dosen yang sudah menyandang gelar S-3. Perkembangan akreditasi harus dikembangkan dengan penambahan dosen, dengan demikian konsekwensinya dosen kita jumlahnya harus banyak, tetapi saat ini masih dosen-desen junior.

“Padahal yang nilai tinggi itu dosen senior, itulah yang belum bisa diinstan, yang belum bisa di sulap, utuk prestasi sendiri. Mahasiswa Unindra tidak kalah dari Universitas Negeri, di mana Unindra pernah menjadi juara kedua lomba kalkulus di Jakarta, beberapa waktu yang lalu. Juara pertama ITB, Unindra jadi juara dua, sedangkan UI dan UGM, juara tiga,” ujar Sumaryoto.
Ditanya tentang kelas internasional, Unindra telah memilikinya sejak dulu, dimana banyak mahasiswa dari Turki, India, dan Afrika yang belajar di Unindra, tetapi populasi masih belum banyak, mereka dikelaskan di kelas Bahasa, dan MIPA. Pihaknya sendiri tidak terlalu berambisi untuk mengejar akreditasi A, karena akreditasi itu hanya secara indikator ilmiah status, hal yang terpenting adalah output, atau kelulusannya.

Bila diibaratkan masak, maka dilihat proses saat memasaknya. “Ibarat kita masak harus kita lihat prosesnya, dan kalaupun apinya kurang panas hasilnya juga akan kurang baik, sama dengan proses pembelajaran, kalau dosennya kita benahi terus, maka kualitas pengajarnya akan jadi sangat bagus,” ungkapnya. (dade)

CopyAMP code

Reader Interactions

Trackbacks

  1. … [Trackback]

    […] There you will find 69519 more Info to that Topic: gemilangnews.com/2019/04/01/unindra-terus-melakukan-pembenahan-di-tingkat-dosen/ […]

  2. … [Trackback]

    […] Info on that Topic: gemilangnews.com/2019/04/01/unindra-terus-melakukan-pembenahan-di-tingkat-dosen/ […]

JELAJAHI

error: Content is protected !!